Lucunya Puasa kita

RUMAH INTUISI - Memasuki Bulan Ramadhan, kita akan menemukan banyak peristiwa yang lazim. Di Setiap bulan ini, peristiwa tersebut bagai paradoks yang kerap menjadi identitas Agama Islam yang formalistik.
Berbondong-bondong pada 10 malam pertama, orang-orang ke masjid melaksanakan sholat Tarawih. Mereka menyambut dengan penuh sukacita.
Anak-anak main petasan, nyalakan lilin lalu main petak umpet berlari kesana kemari. Sungguh nuansa ini kembali datang, nuansa yang amat dirindukan dan dinantikan.
Belum lagi para bapak. Habis Tarawih, duduk di beranda Masjid, makan kue sisa-sisa berbuka sore tadi, ngobrol ngalur-ngidul dan tak jarang diselingi ghibah tentang pasangan gadis yang baru saja menikah sudah bercerai, umpama!
Padahal, Kue yang disental mereka sesungguhnya jatah untuk anak-anak yang lagi tadarrusan di dalam masjid, tapi ludes dimakan bapak-bapak tadi. sehabis Tadarusan, anak-anak ngumpat lihat kue mereka habis dibantai.
Lalu kita melihat lagi sandiwara perdebatan yang kerap tiap tahun dipertontonkan. Mengenai Jumlah raka'at Sholat Tarawih. Kaum yang mempercayai 8 rakaat mencemooh mereka yang mengerjakan tarawih 20 rakaat.
Bagi mereka, 20 Rakaat itu tidak diajarkan oleh Nabi Saw. Sementara yang mengerjakan 20 Rakaat mencibir mereka dan menganggap bahwa sholat mereka yang 8 rakaat tersebut adalah orang-orang yang tidak ikhlas.
Lebih kocaknya lagi, terdapat Golongan orang-orang yang tidak tarawih sama sekali. Mereka malah mencela keduanya dan menganggap, mengapa kedua golongan ini tidak pernah akur setiap tahun. Lucu kan?
Kemudian, menjelang 10 akhir Ramadhan, keriuhan Masjid berpindah di pasar-pasar, pekanan, mall-mall di kota besar.
Orang-orang sedang mempersiapkan kemenangan besar, katanya. Setelah sebulan dalam hitungan kalender telah berpuasa.
Padahal hitungan realitanya, tak sampai 10 kali puasa, paling-paling, hari pertama, pertengahan dan akhir mereka merasa cukup sebulan, beberapa kali puasa tersebut dirasa sudah mewakili sebulan penuh.
Dimanakah Ramadhan sesungguhnya? bukankah kebeningan Ramadan berada di balik lipatan sajadah yang terhampar di sudut ruang pada malam yang sunyi.
Bukankan kejernihan Ramadhan berada di antara butiran-butiran tasbih yang bergantung di kusen pintu. terdampar di rak-rak buku. Bukankah kenikmatan Ramadan berada di antara lapar dahaga di tengah terik rimba manusia.
Duh, Ramadan... kini engkau datang lagi.Alangkah Lucunya!
Tinggalkan Komentar
-
02 April 2023 - 14:57 WIB
uz4ph9
Hello World! https://apel.top/go/gu4winrshe5dgoju?hs=a8f8e0e1cd70216d10f2f0b826ae31c7&
Website
Tambah Komentar
Blog Terkait

Penghulu Nabi
RUMAH INTUISI - Junjungan......... aku beli buku sirah Nabawiyah Tujuh puluh
Lebih Detail
Hari Natal: Duri di tengah jalan Pluralitas
RUMAH INTUISI - ingat Hadis rasul tentang tingkat ke imanan yang mempunyai tujuh puluh tingkatan dan menyingkirkan duri di jalan adalah
Lebih Detail
Catatan Akhir Tahun; Menjadi hidup apa adanya
RUMAH INTUISI - Ada yang sedikit menggelitik dari pemilihan judul artikel ini. Lebih memilih penggunaan kata "Menjadi" dari pada menjalani
Lebih Detail
Para Pendaras Kalimat Cinta, Sebuah Epilog
RUMAH INTUISI - Ketika pertama kali rombongan haji menginjakkan kaki di Tanah Deli, dari perjalanan jauh di semenanjung dua Kota suci
Lebih DetailBlog Terkini

Tenang "Dalam Hati"

Muh. Zuhaili: Cahaya Alquran di Singapura

di Balik kisah Rihlah ilmiah Institut Jamiyah Mahmudiyah
Menu
Hubungi Kami
KOMUNITAS LITERASI PERADABAN
|
Tanjung Pura Kabupaten Langkat, Sumatera Utara - 20853 |
|
081360424202 |
|
muhammadsangbintang@gmail.com |